“Semangatt, semoga kamu merindukan hidup yang normal lalu keluar dan
pindah tempat kerja yg lebih baik dan lebih manusiawi. Aamiin J”
Itu bbm nya ihsan tadi sore.
Aku jadi bertanya pada diriku
sendiri: Memangnya tempat kerjaku nggak
manusiawi?
Menjadi customer service memang
harus siap 24 jam. Patuh pada jadwal yang diberikan oleh perusahaan. Pulang jam
1 malam, jam 2 malam, sendiko dhawuh aja.
Yang namanya ‘ngekor’ ke orang, ya harus manut
sama yang ‘diekorin’. Dapat hard
complaint sekalipun, udah resiko. Setiap pilihan punya konsekuensi
masing-masing. Tapi itu hanya sebagian kecil. Lebih banyak customer yang baik
kok. Apalagi kalo ada yang SKSD, nggombal nggak jelas, haha. Hiburan di tengah
kepenatan.
Sempat bosan, iya jelas. Tapi aku
menemukan ada passionku di sana.
Kerjaan itu nggak ada yang enak kok, tergantung dari kita sendiri. Kecuali jika
hobimu bisa jadi kerjaanmu, ya itu bejo
banget.
Ada banyak alasan jika ingin resign.
Tapi aku tahu, untuk apa aku
masih bertahan. J
Perkara bahwa hidupku makin nggak
bermutu, itu adalah salahku sendiri. Aku pernah bilang, seperti hanya hidup 4
jam. Dengan kalkulasi kasar:
8-9 jam: kerja
2 jam: mandi dan persiapan, lalu untuk
perjalanan
2 jam: wasting time (biasanya sepulang kerja. Nggak ngapa-ngapain, jadi
nggak berguna banget. Paling-paling buat makan, baca buku, bbman.)
7-8 jam: tidur
4 jam: ini yang aku merasa
benar-benar hidup. Untuk nyuci, nyetrika, masak, dan sebagainya kerjaan rumah
tangga.
Beribadah? Berapa banyak
(atau: berapa sedikit) waktuku untuk beribadah ini??
Ighfirlii ya Rabb…
Epilog: Beberapa detik yang lalu,
Ihsan menuliskan sebuah kalimat: Semangat
ya, urip cen kudu berjuang :D
*Note: Andai saja aku lebih bisa me-manage waktu. Mungkin hidupku nggak seburuk
ini. [Bukan what if, tapi I have to do it!]
0 comments :
Post a Comment