Home » , » Semua Ada Masanya

Semua Ada Masanya



Hari ini aku jadwalku off.
Seperti biasa, hidup nggak mutu; *tidur mulu*
Sorenya diajakin temen-temen kerja, nongki di Playground, Timoho situ. Deket kost aku yang dulu.
Aku pesan sosis, tahu bakso, bakso tusuk bakar, sama yang satu lagi nggak tahu namanya. Pokonya sejenis itu juga lah. Plus es teh manis. Bawa ke kasir; dua puluh enam ribu. *Haggggg*. Mlongo. Yang bener ini nih? Taksiranku sih sepuluh sampai lima belas ribu, mentog lah. Meleset, Cah. Tapi yo wis lah. Kota, ingat. Ini kota! Untung abis gajian, jadi nggak begitu nyesek yang banget-banget. Katakan saja ‘harga yang pantas’ untuk kebersamaan hari ini.
Semua Ada Masanya

Tahu tempat, tahu adat
Tadi pas nongki aku pake kaos dan celana jeans warna abu-abu, jaket item miki mos kesayangan, plus jilbab orange agar terlihat ceria. Kan lagi main, jadi santai aja kostumnya.
Jam tujuh, aku pulang duluan. Soalnya yang aku tebengin lagi ada acara tahlilan di tetangganya. Aku juga mau ikut maulidan teman-teman UKM JQH al-Mizan di Student Center, di kampusku. (ehm, kampusku dulu. Hiks) Berhubung lupa nggak bawa kostum ganti, aku mampir di mantan kost. Pinjam rok teman, langsung cuss…, ke Student Center.
Maulidan.
Sholluu ‘alannabiy Muhammad…
Aku rindu.
Rindu saat-saat merindukanmu,
Sepertinya aku begitu jauh,
Jauh.
Aku pernah merindukanmu, Ya Nabi
Izinkan aku merindukanmu,
Kembali.
Dan masa itu telah berlalu
Ihsan melihatku melamun. Ya, dia kira aku melamun.
Tahukah kamu, aku sedang mengenang saat-saat itu. Sejarah kehidupan yang pernah aku lalui. Beberapa tahun silam. It’s about history, not just a story; setidaknya bagiku.
Dulu, kita sering nongkrong bareng juga. Tapi bukan di tempat elite seperti sore tadi. Kita lebih suka di warung kopi. Blandhongan, Kebun Laras, Toman, Black Stone, Kopi Jos, English Café, dan sekali di Semesta.
Ada banyak cerita dan orang-orang yang terlibat dalam nongkrong bareng yang berkali-kali itu. Tapi satu moment yang sedang terlintas di memoriku saat ini adalah di English Café Nologaten. Ah, bahkan English Café itu pun sekarang sudah beberapa kali berganti nama. Ganti manajemen, mungkin juga iya. Seperti sudah lama. Selama aku tak menginjak tempat itu lagi hingga detik ini.
Biasanya nongkrong itu bahas isu-isu di organisasi, rapat lah, dan entah bahasan sok penting lainnya. Tapi yang kuingat waktu itu memang sama sekali nongkrong yang nggak jelas. Jam sepuluh malam saja baru keluar. Itu pun mendadak diajak, dan posisiku sudah mengenakan baju tidur.
Kataku menjawab sms dari Haidar, “Aku pake baju tidur tapi ya. Males ganti.”
Bah arep nganggo baju tidur, baju renang, sakkarepmu.”
Ahhaha. Orang ini sama sekali tidak peduli dengan penampilanku.
Baiklah, aku tetap dengan baju tidurku. Selebihnya ditambah jilbab dan jaket. Maka berangkatlah kami berempat. Ihsan, Haidar, Umi, aku.
Tak ada bahasan penting. Hanya ngopi (kalau aku sih pesannya jahe susu, ya sesekali mencicip kopi pahitnya Ihsan), online, ngobrol, curhat-curhat mungkin tepatnya. Dalam beberapa keadaan, Haidar yang sering bayarin. Dia itu, walaupun hitam kumal kayak nggak pernah mandi bertahun-tahun, aslinya anak orang kaya. Pernah suatu kali aku melihat slip ATM nya masih 25 juta. Padahal aku, paling mentog 1 juta, itu pun yang 600 ribu untuk membayar SPP.
Dan, aku nggak menyangka malam itu dapat fans yang nyasar. Entah awalnya bagaimana, dia add akun facebookku, ngechat aku, bahkan dibuatkan puisi yang dipasang di blognya. Ternyata dia sedang nongkrong juga di tempat yang sama saat itu. Entah siapa dia, orangnya yang mana, dan aku nggak tahu apakah cewek yang dia maksud dalam puisinya itu benar-benar aku. Atau bisa saja salah orang. Hanya mengira-ngira.
Skip saja bagian itu.
Malam ini, Haidar tak datang di Student Center. Dia sudah purna tugas dari jabatannya, terakhir sebagai ketua Forum Komunikasi 17 UKM di kampus. Sekarang sibuk merintis bisnis warung makan. Si Umi sudah mencapai tugas paling mulia, yang menjadikan seorang wanita benar-benar sempurna sebagai wanita; menjadi seorang istri, dan mungkin sebentar lagi menjadi ibu. Si Ihsan masih berjuang akan tanggung jawabnya menjadi Ketua I UKM ini. Dan aku, bekerja di sebuah perusahaan call center salah satu provider jaringan telekomunikasi di negeri ini.
Berhubung aku tadi nggak bawa motor, aku harus minta seseorang mengantarku ke kost. Tapi siapa? Ah, bahkan aku merasa sungkan untuk minta tolong Ihsan; betapa pun kami pernah akrab. Jangan-jangan dia sibuk. Karena tadi sempat kudengar setelah maulidan ini berakhir, akan diadakan rapat milad UKM ini yang ke 16, yang tentu saja merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawabnya.
Tapi kalau bukan dia, siapa lagi? Maka kuberanikan diri untuk mengatakan, “Antarkan aku.” Syukurlah, dia masih mau meluangkan waktunya untukku, di tengah hiruk pikuk kesibukan dan teman-teman barunya.
Kapan ya, punya kesempatan untuk nongkrong bersama lagi. Seperti dulu. Rasanya tidak ada. Ya, setiap cerita ada masanya.
Ya Allah, mohon pertemukan kami suatu saat nanti, dalam sebaik-baik kesempatan, di sebaik-baik waktu dan tempat yang Engkau ridhai. Aamiin.
**Yogyakarta, 27 Februari 2015**
Ah ya, selamat ulang tahun sahabatku SMP; Ali Mustofa.

Semoga Allah senantiasa memberkahi hidupmu,

bidadarimu, dan malaikat kecilmu.

0 comments :

Post a Comment

Visitor