Anggap saja ini adalah permohonan maafku
untukmu; untuk kalimatku yang pernah mendeskripsikanmu dengan tidak baik
menurut versimu. (Padahal itu benar ih, bagi sebagian orang-orang yang pernah
mengenalmu) Ahhaha. *Damai, Cuk!* (note:
ini karena dia orang Suroboyo-an )
Sebenarnya tanpa kamu berkomentar pun
aku sudah akan menuliskan ini kemarin. Hanya karena aku lelah, aku menundanya.
Selasa,
3 Maret 2015.
Aku habis jalan-jalan nggak jelas; wasting my off day. Bosan hanya berdiam
di kamar. Sempat ke kost lama, ke pasar talok, Mirota Kampus, dan terakhir berniat
ke Lesehan UKMnya Haidar. Ini adalah kelima kalinya aku lewat situ. Dua kali
yang pertama, ternyata warungnya memang tutup. Dua kali yang kedua, sama saja.
Kalau hari ini masih tutup juga; geregetaaaaannnn.
Alhamdulillah…,
rezeki banget untuk mendapati warungmu buka di siang ini. Sumpah aku lapar.
Pesan nasi telur, sambal mateng, dan es teh manis. Jangan tanya mengapa aku
selalu pesan sambal matang. Itu karena aku tak pernah bisa menghabiskan sambal
bawang. *Pedasnya itu loh!*
Baru masuk warung, hawanya sudah
berbeda. Adhem…, ayem…
Ada tulisan reminder sholawat, bahkan karyawan Haidar pun tadarus saat tak
melayani pelanggan. Rasanya tenteram. Suasana yang benar-benar berbeda. Subhaanallaah…, memang berbeda ketika
sebuah usaha dijalankan oleh orang-orang hafizh, ya. :-)
Warungmu, Dar. Memberi nutrisi lahir
pada raga yang kelaparan dan nutrisi batin pada jiwa yang kekeringan. Semoga tambah
barokah usahamu… Aamiin.
Terima kasih ya Rabb, untuk hari ini.
Aku diperlihatkan pemandangan yang mendamaikan hati; sekaligus menyentak;
menginspirasi dan memotivasi. Rasanya seperti dielus-elus kepala, dan ditampar
pada saat yang sama; tak ada alasan untuk
‘meninggalkan’ al-qur’an!
Dan tentu saja, aku bersyukur atas
kesempatan untuk bertemu dengan kalian, sahabat-sahabat gila (yang entah
sekarang sudah waras total atau justru semakin akut kegilaannya); Ulfa Miftahul
Ihsan dan Muhammad Haidar Ali. Ternyata banyak cerita yang terlewatkan. Proud of you, dear…
Memori, Februari 2014. Haidar (kiri) dan Ihsan (kanan)
Terakhir, terima kasih juga atas sharing semangatnya. Itu adalah semangat
saat ada sesuatu yang sedang diperjuangkan. Aku harus belajar banyak darimu.
Perjalanan
ini terasa sangat menyedihkan. Sayang Engkau tak duduk di sampingku, Kawan. Banyak
cerita yang mestinya kau saksikan, di tanah kering bebatuan
(Ebiet G Ade)
**Yogyakarta, 4 Maret 2015**
Mungkin teman-teman yang mengenalmu
harus banyak-banyak berterima kasih kepada Saudari Etik Rahmawati. Sepertinya
dia berperan banyak menjadikanmu terlihat lebih bersih dan ganteng; yang tentu
saja berdampak pula pada kesehatan mata kami :-p Hohoho.
*Once again: Damai, Bro!)
0 comments :
Post a Comment