Home » » ‘Cuma’ Ngingu Ayam

‘Cuma’ Ngingu Ayam





“Lha ngapain kuliah bahasa arab kalau ujung-ujungnya cuma ngingu ayam?”
“Emang ayam-ayamnya mau diajarin bahasa arab?”
“Si Anu lho, udah pegawai negeri.”
***
Dua pakaian yang sangat kusukai: baju koko yang Sampean kenakan tiap sore dan ‘seragam dinas’ saat Sampean beranjak ke kandang ayam.

Bagaimana aku tak bangga melihat wajahmu yang penuh dengan peluh, demi menafkahi keluarga kecil kita?
Terserah Mas, orang mau bilang apa.
Mereka tidak tahu kalau Sampean sebenarnya juga mengajar bahasa arab di sebuah sekolah swasta, yang baru dirintis beberapa tahun lalu. Meskipun memang hanya masuk hari Senin-Selasa, karena, toh, ‘hanya’ pelajaran muatan lokal. Kalaupun tahu, mereka juga pasti akan nyinyir lagi perkara gaji yang Sampean terima. Syukur-syukur masih dapat 80 ribu dalam sebulan. Bahkan Sampean pernah hanya menerima 20 ribu, di awal-awal setelah aku melahirkan bayi kita, sebab Sampean hanya beberapa kali mengajar.
Orang mungkin akan memandangmu lebih ‘terhormat’ saat mengenakan baju khaki. Tapi mengapa mereka tidak memandang kemandirianmu dalam berwirausaha?
Kupikir justru negeri ini butuh orang-orang sepertimu.
‘Cuma’ Ngingu Ayam
Sumber gambar: bukausahayuk.com
Terserah, Mas, orang mau bilang apa. Aku tidak peduli. Yang aku tahu dan sangat aku syukuri, Sampean dapat cukup menafkahi kami dari ngingu ayam-ayam itu. Sementara tentang mengajarkan bahasa arab pada murid-murid di sekolah, semoga menjadi ladang amal ibadahmu.
Adek bangga padamu, Mas :’)

Kediri, 23 Januari 2017
NB: Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge. #10DaysKF #Day6
Yang belum ikutan, yuk cek twitter @KampusFiksi

0 comments :

Post a Comment

Visitor