Suatu
hari, aku akan menulis novel pertamaku. | Kapan? | Kalau waktunya tepat. | Dan, kapan
itu waktu yang tepat? | Umm … kapan-kapan.
Kelak,
aku akan menulis naskah novel pertamaku. | Asek, kapan tuh?|Kalau sudah ngak
sibuk.|Kalau sudah pensiun gitu? | Yakin masih hidup?
Aku
akan menyelesaikan naskah novel yang sedang kutulis. | Yuk, kapan? | Pokoknya tahun
ini. | Tahun kemarin kamu juga bilang gitu | #jlebb
Suatu
hari nanti, kelak jika aku ada waktu, kapan-kapan kalau sempat aku pasti akan
menulis. Dan begitu seterusnya.
Selama
bertahun-tahun, banyak dari kita yang ingin menjadi penulis. Tapi,
kenyataannya, kita malah terus menunda-nunda untuk menulis. Padahal penulis itu
ya menulis, bukan berandai-andai menulis. Betul? Tapi, kenyataannya, kita lebih
senang menunda-nunda untuk mewujudkan impian ketimbang berlekas-lekas
menggapainya. Termasuk dalam menulis.Siapa yang di awal 2013 kemarin memiliki
resolusi untuk menulis buku pertama? Gimana kabar resolusinya itu ya? #eh Oiii
yang kesindir, tahu kan jalan menuju sumur atau jurang terdekat? (? ??)-? (?
??)-?(? ??)-? (? ??)-? (? ??)-?
Come
on bro, tidak ada waktu yang sempurna untuk menulis. Yang ada adalah mau atau
tidaknya kita menyisihkan waktu untuk menulis, sis. J.K. Rowling menulis draft
Harry Potter sambil mengasuh anaknya yang masih bayi. Kuncinya adalah kemauan
dan tekad untuk berkarya. Kalau JK Rowling aja bisa menulis sambil mengasuh
bayinya, masak kalian yang cuma mengasuh hape/gadget nggak bisa? #jogedhulahula
RT
@honeylizious Buat teman-teman yg impiannya jadi penulis, menulislah tanpa rasa
khawatir. Jangan mikir ‘bagus nggak ya?’ Tulis aja sampe kelar
Ayo
kita bahas mengapa kita sering menunda-nunda menulis dalam #SeninMenulis Ali
Hale dalam artikelnya “Why There’ll Never Be a Perfect Time to Write” menyebut
ada 3 alasan mengapa calon penulis suka menunda menulis.
#1.
Menulis adalah aktivitas mental yang rumit dan banyak godaannya.
Duduk berjam-jam sambil menatap layar dan menghasilkan cerita adalah sesuatu yang tidak mudah, membosankan, kadang bikin frustrasi. Menulis adalah sebuah proses mental, proses emosional, sekaligus proses berpikir. Jadi, memang besar sekali godaan untuk stop menulis. Akibatnya, kita jadi tergoda untuk melakukan aktivitas lain yang lebih mudah dilakukan ketimbang menulis, misalnya Twitter-an. Bechul? Kadang, kita bahkan menggunakan alasan lain yang “lebih masuk akal” untuk tidak menulis, misalnya bersih2 rumah, cuci baju, jalan-jalan. Mencuci baju, bikin kopi, jalan2 sebentar adalah aktivitas pengalihan yang bisa dimaklumi jika setelah melakukan itu kita kembali menulis. Sayangnya, sering kali kita kebablasan dalam aktivitas-aktivitas selingan tersebut dan malah lupa untuk menulis. Keasyikan twitteran apalagi.
Duduk berjam-jam sambil menatap layar dan menghasilkan cerita adalah sesuatu yang tidak mudah, membosankan, kadang bikin frustrasi. Menulis adalah sebuah proses mental, proses emosional, sekaligus proses berpikir. Jadi, memang besar sekali godaan untuk stop menulis. Akibatnya, kita jadi tergoda untuk melakukan aktivitas lain yang lebih mudah dilakukan ketimbang menulis, misalnya Twitter-an. Bechul? Kadang, kita bahkan menggunakan alasan lain yang “lebih masuk akal” untuk tidak menulis, misalnya bersih2 rumah, cuci baju, jalan-jalan. Mencuci baju, bikin kopi, jalan2 sebentar adalah aktivitas pengalihan yang bisa dimaklumi jika setelah melakukan itu kita kembali menulis. Sayangnya, sering kali kita kebablasan dalam aktivitas-aktivitas selingan tersebut dan malah lupa untuk menulis. Keasyikan twitteran apalagi.
Godaan
saat menulis bisa pula datang dalam bentuk yg baik-baik, misalnya bersih-bersih
rumah, mencuci motor, bikin kopi, nelpon pacar dll. Ketika kamu benar-benar
ingin menulis, menulislah. LUPAKAN SEJENAK yang lain: tumpukan baju kotor,
pacar yang tereak-tereak ngajak nonton. Menyisihkan waktu untuk menulis adalah
pengurbanan yang harus kita persembahkan jika memang benar-benar ingin menjadi
penulis. Tundalah hal-hal yang bisa ditunda. Tapi jangan pernah menunda-nunda
untuk segera menulis jika memang kamu ingin jadi penulis. Jadi, semuanya harus
dikembalikan ke kamu. Kalau kamu memang benar-benar ingin jadi penulis, maka SISIHKANLAH
WAKTU UNTUK MENULIS!
RT
@Kaannisa Bikin outline » Pasang target » Write everyday » Biarkan jari menari
diatas keyboard + PD » Edit » Finish what you Start! RUMUS
#2.
Menulis membutuhkan konsentrasi dan privasi
Mencari waktu yg tepat untuk menulis hanya satu masalah klasik yg dihadapi penulis. Masih ada satu masalah lagi: menemukan tempat yg tepat! Tidak semua kita bisa menulis di sembarang tempat, dengan TV yang menyala, anak-anak yang berlarian kesana-kemari, ibu-ibu yg sibuk bergosip. Lingkungan yang tenang tentu akan menghasilkan suasana menulis yang berbeda bila dibandingkan lingkungan yang ramai.Sangat jarang dan sangat hebat jika ada penulis yang bisa tetap menulis di setiap situasi dan kondisi, di setiap tempat.
Mencari waktu yg tepat untuk menulis hanya satu masalah klasik yg dihadapi penulis. Masih ada satu masalah lagi: menemukan tempat yg tepat! Tidak semua kita bisa menulis di sembarang tempat, dengan TV yang menyala, anak-anak yang berlarian kesana-kemari, ibu-ibu yg sibuk bergosip. Lingkungan yang tenang tentu akan menghasilkan suasana menulis yang berbeda bila dibandingkan lingkungan yang ramai.Sangat jarang dan sangat hebat jika ada penulis yang bisa tetap menulis di setiap situasi dan kondisi, di setiap tempat.
Itulah
sebabnya banyak penulis zaman dulu yang memilih untuk menyepi ke luar kota atau
ke hutan atau ke pantai. Cari inspirasi katanya.Sayangnya, sitkon zaman modern
tidak memungkinkan kita untuk menyepi seperti penulis2 zaman dulu. Kita musti
sekolah, kuliah, kerja kan? Belum lagi, sinyal ponsel yg kini sampai ke
pelosok. Maunya menyepi, tapi sms, BBM, pemberitahuan, dan mention terus masuk
hape (????_???).Jadi, gimana dong cara menemukan
tempat yang sempurna untuk bisa menulis di zaman modern ini? Tempat yang tepat untuk menulis adalah: DI MANA PUN KETIKA KITA DIBERI KESEMPATAN UNTUK BISA MENULIS!
tempat yang sempurna untuk bisa menulis di zaman modern ini? Tempat yang tepat untuk menulis adalah: DI MANA PUN KETIKA KITA DIBERI KESEMPATAN UNTUK BISA MENULIS!
Tempat
sempurna untuk menulis tidak mesti harus pantai terpencil. Ruang tamu di pagi
hari saat anak2 sekolah bisa jadi tempat yg sempurna. Kamar kostan saat kita
tiba-tiba terbangun di malam buta juga bisa jadi tempat sempurna untuk
menulis.Kantin pada saat istirahat makan siang menunggu jam kuliah berikutnya
juga bisa jadi tempat yang sempurna untuk menulis. Rumah di jam-jam primetime
saat anggota keluarga yang lain sibuk joged berjamaah
juga bisa jadi tempat sempurna untuk menulis. Saat BB/hape dimatiin untuk di-charge, atau saat modem kehabisan paket internet, itu juga bisa jadi tempat yang tepat untuk menulis.
juga bisa jadi tempat sempurna untuk menulis. Saat BB/hape dimatiin untuk di-charge, atau saat modem kehabisan paket internet, itu juga bisa jadi tempat yang tepat untuk menulis.
Kuncinya
adalah KITA SENDIRI YANG HARUS PINTAR-PINTAR MENCARI TEMPAT YANG TEPAT UNTUK
MENULIS, BUKAN HANYA MENUNGGU TEMPAT YANG TEPAT.
Di
zaman modern, kita tidak bisa begitu saja menyepi u/ menulis dan mengabaikan
tanggung jawab yg lain. Jadi, pintar2lah mencari sela-sela. Kuncinya balik lagi
ke awal. Jika kita memang benar2 ingin jadi penulis maka kita harus mau
menyisihkan waktu (dan tempat) untuk menulis.
#3.
Menulis itu penting, tapi (biasanya) tidak begitu mendesak
Kamu tahu kalau menulis itu penting, tapi nyatanya kamu malah menempatkan menulis sebagai prioritas terakhir dalam jadwal rutinmu.
Kamu tahu kalau menulis itu penting, tapi nyatanya kamu malah menempatkan menulis sebagai prioritas terakhir dalam jadwal rutinmu.
Daftar
prioritas calon penulis: (1) Beli pulsa, (2) bersih-bersih rumah, (3) jalan-jalan,
(4) Belanja, (5) jogging, (6) tidur, (7) menulis
Daftar
prioritas penulis: (1) Kerja/belajar, (2) menulis, (3) belanja, (4) menulis,
(5) jalan2 (sambil menulis), (6) tidur (tapi nulis dulu)
Menulis
memang tidak mudah, akibatnya kita cenderung meletakkannya sbagai prioritas
terakhir. Kayak garap ujian, kerjakan dulu soal yg mudah.Kalau kamu sudah
berkomitmen ingin jadi penulis, kamu wajib menyediakan waktu (dan tempat dan
niat) untuk menulis. Letakkan menulis sebagai salah satu prioritas utama dalam
kehidupanmu. Menulis itu seperti mengejar jodoh, kalau tekun pasti kena #eh
Tapi
menulis susah Min, kadang bikin bosen | Maka ingatlah tujuan awal mengapa kamu
ingin jadi penulis.Menulis memang berat dan butuh kerja keras, tapi hasilnya
amat sangat manis.Menulis membutuhkan komitmen, ketekunan, dan pengorbanan.
Tapi percayalah, hasilnya sepadan. Kamu bangga, orang tua bangga, teman2
bangga, tetangga bangga, pacar apalagi. Mereka pasti bangga melihat bukumu
mejeng di toko buku.
Bagi
seorang penulis, menulis adalah sebuah kebahagiaan sekaligus bentuk
kemerdekaan. Menulis penting bagi mereka. Jadi, jika kamu belum merasakan
pentingnya menulis, susah untuk jadi penulis yang sebenarnya. Cintailah
menulis, nikmatilah.Ada yang punya blog di sini? Kerasa kan gimana “plong”-nya
perasaan saat kita bisa rutin menulis di sana? Seperti itulah yg dialami
penulis. Intinya, siapa yang paling berbahagia saat novelmu akhirnya terbit?
Kamu sendiri kan? Nah … selalu ingat itu saat rasa bosan melandamu.
Kamu sendiri kan? Nah … selalu ingat itu saat rasa bosan melandamu.
Berhenti
mencari tempat yg sempurna untuk menulis. Stop menunggu waktu yg tepat untuk
menulis. Menulis sajalah, sekarang, sesegera mungkin. Dan bahkan ketika
jadwalmu begitu padatnya, sisihkan waktu satu-dua jam setiap pekan hanya untuk
menulis, bukan untuk yang lain. Walau belum sempurna, walau belum tepat, tetapi
menulis adalah tentang menulis itu sendiri. Penulis itu menulis. Ingat selalu
itu :))
Sumber gambar : lindagrimes.com
Sumber tulisan : blogdivapress.com
Sumber tulisan : blogdivapress.com
0 comments :
Post a Comment