1.
Bagus
agamanya seperti Gus yang putranya Pak Kyai
Faktanya:
Aku pikir-pikir ini terlalu berat. Bagus sih, memang. Tapi tanggung jawabnya,
mana kuat untuk ukuranku yang cetek begini. Baca kitab kuning aja megap-megap.
2.
Bagus
akhlaknya
Faktanya:
Aku juga harus mem-bagus-kan akhlakku. Ngaca dulu kali, Mbak. Yang benar saja,
masa’ cowok yang bagus akhlaknya punya pasangan yang pecicilan.
3.
Pinter
macam B.J. Habibie
Faktanya:
Aaaaahh... Eyang Habibie...! (histeris). Beliau ini memang mengagumkan. Lalu,
berbicara tentang cowok yang pinter, siapa sih yang nggak mau. Tapi berdasarkan
pengalaman, ternyata aku nggak cocok juga dipasangin sama cowok tipe begini.
Sebab, cowok-cowok pinter yang kujumpai ternyata otaknya terlalu ruwet. Ya
daripada kemudian otakku yang diremehin?! Oke, jadi itu kagum, bukan cinta.
4.
Tampan
kayak oppa-oppa di film Korea
Faktanya: Aku ini nggak begitu cantik, betewe. Pake make-up aja nggak
bisa. Kalo digandhengin sama cowok seganteng itu, ntar dikira aku ini babunya,
lagi. Minimal bakalan banyak yang nyinyirin: Dih, pacarnya si A masa’ kayak
gitu?! Ya, walaupun bangga lah ya, punya gebetan ganteng. Tapi aku sendiri
yang entah mengapa tiap sama cowok yang begini justru nggak nyaman, jadi speechless.
Mungkin terlalu fokus sama wajahnya kali. Bah, macam lagi liat keturunannya Nabi
Yusuf aja. Oke, jadi itu bangga, bukan cinta.
5.
Tajir
ala pangeran-pangeran kerajaan
Faktanya:
Yo ngipi lah, nek iki. Wkwk. Ya aku ini yang ndeso, kuliah aja
nyari beasiswa sana-sini. Beruntung banget ya, kalo ceritanya seperti Kate Middelton
yang diperistri sama pangeran Inggris itu. Nah, kalau di aku mah, harus nyadar
diri. Tahu-tahu ntar malah aku dan keluarga diinjek-injek di kemudian hari.
6.
Tenar.
Mungkin layaknya ketua OSIS kalau di SMP-SMA
Faktanya:
Ketua OSIS di sekolahku saat itu selalu cewek. Haha. Pernah, aku dekat sama
pengurus di suatu pesantren. Dan ternyata ini sama saja aku bikin perkara. Lalu
saat kuliah, aku juga pernah dekat dengan pengurus suatu UKM di kampus.
Nyatanya, dia jarang mandi. Saking sibuknya? Maybe, yess...
7.
Bikin
aku nyaman
Untuk
yang ini, entah mengapa aku nggak bisa mendeskripsikan lebih. Karena aku ini
tipe cewek moody. Jadi ini wajib: dia nggak bikin aku cepet bosen.
8.
Romantis
Yang
ini sih, kriteria tambahan, sebenarnya. So sweet kali, ya, kalo punya
kekasih yang suka ngasih kado, ngirimin bunga, ngirimin puisi, sering bilang I
Love You lah, minimal.
Faktanya:
Aku pernah dekat sama cowok yang suka puisi. Dia penghafal tanggal yang baik. Ini di luar pembahasan bahwa
cowok yang kubicarakan ini adalah non-I, udah punya pacar pula. Hoho. Di
awal-awal memang seneng. Lama-lama, aku bosan.
![]() |
Sumber: misslittlebabe.blogspot.com |
***Lalu,
pada akhirnya aku berjodoh sama kekasih yang seperti ini...***
Alhamdulillah
dia
ngerti agama. Meskipun mungkin kalau dibilang bagus ya belum juga. Dia bukan ‘Gus’.
Tapi secara agama, bapak dan embah-embahnya termasuk orang yang berpengaruh di desa.
Alhamdulillah
dia orang yang sopan, sayang sama keluarga, baik sama tetangga. Dia sabaaar
banget. Ini penting karena aku orangnya agak emosian. Sekali dia salah, aku
marah-marah. Berkali-kali aku salah, dia ngajak bercanda! Mungkin ini yang
bikin dia tampak awet muda.
Alhamdulillah
cara berpikirnya sederhana. Secara akademik kalau dilihat dari nilai-nilai
pelajaran di raport sekolahnya dulu, atau transkrip nilai saat kuliah, aku
lebih tinggi donk. (Ini yang bikin aku agak songong, haha). Tapi dia lebih
tanggap dengan keadaan. Dia selalu berusaha mencari solusi untuk
masalah-masalah yang kami hadapi. Aku selalu memikirkan sesuatu dengan ruwet
sehingga rawan membuatku stress. Dia, serius tapi santai...
Alhamdulillah
dia good looking. Dia adalah Yong Hwa, bagiku. (Tapi aku nggak pernah
bilang ini lho, ke dia. Ya kali, ntar malah kepedean, lagi!) Memandangnya,
selalu membuatku jatuh cinta berkali-kali. Kecuali kalau memang lagi KZL sih, :-D
Alhamdulillah
dia bisa menafkahi keluarga dengan cukup. Yang penting kan bukan harta yang
banyak. Cukup dan bermanfaat, bukankah lebih barokah?
Alhamdulillah
dia termasuk pemuda yang bermanfaat. Dia seorang guru bahasa arab di sebuah SD
Islam. Dia juga salah satu pengurus organisasi al-banjari di desa.
Alhamdulillah
dia bikin aku nyaman. Seperti yang kukatakan di atas, aku nggak bisa
menjelaskan rasa nyaman ini. Karena seperti cinta, nyaman adalah sebuah kata
yang tidak perlu dideskripsikan, hanya perlu dirasakan. Dan jelas, bersamanya,
aku merasakan kenyamanan itu.
Alhamdulillah
dia bukan tipe cowok romantis! Tak pernah memberi bunga, tak pernah bikin
puisi, tak pernah ngasih kado kecuali aku minta. Kalau aku duluan yang minta,
memang hampir selalu dituruti. Katanya, romantis adalah kepedulian, kebersamaan,
kasih sayang. Tapi dengan caranya sendiri. Jangan tanya bagaimana, karena
kadang-kadang aku sendiri tak mengerti.
Dan untuk segala alhamdulillah yang
lain.
Yang jelas, dengan segala kekurangan dan
kelebihannya, aku bahagia bersamanya. Semoga kita selalu berjodoh, dunia
akhirat ya, Mas! Aamiin...
Kediri, 18 Januari 2017
NB: Tulisan ini
dibuat dalam rangka mengikuti #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge. #10DaysKF
0 comments :
Post a Comment