(Note: “Kalau kami, apa
bedanya?” adalah kalimat yang diucapkan anak kembar di iklan Buavita. Sorry
ya, bikin note-nya di sini. Lagi males bikin catatan kaki. Sengaja
ditaruh atas biar nggak ada yang menuntut. Ngoahhaha)
Kami sama-sama lahir
tanggal 7. Aku 7 Juli, dia 7 Agustus.
Kami sama-sama cungkring.
Beda sekilo-dua kilo lah ya, mungkin.
Kami mengaji di TPA
yang sama. Kami sama-sama disayang Pak Ustadz. Namanya Lek Jumadi.
Kelas 4 SD, kami
sama-sama disayang oleh Pak Guru. Namanya Pak Slamet (alm.). Itu cukup sebagai
alasan yang berakibat kami berdua dibenci sama teman-teman sekelas.
Kalau dia (bau-baunya) lagi
mau marah sama aku, aku selalu siap bawain jajan dari rumah –ibuku jualan jajan.
Jadi, dia nggak jadi marah. Ya ampun, aku ya, sekecil itu udah tau teknik ‘menyogok’.
Haha.
Aku pernah punya sepeda
yang sama kayak punya dia. Sepeda mini merk Phoenix warna biru.
Apa kami selalu
bersahabat baik?
Ya kadang-kadang pernah
marahan juga. Umur-umuran SMP beberapa kali kami saling ngambekan. Bukan
gara-gara cowok kayak AbeGe2 micin jaman sekarang lho, ya! Kami masih polos
saat itu. Tahu dandan aja enggak. (Wkek!) Di usia itu sih, teknik ‘menyogok’ku
udah nggak mempan lagi. Hhh...
By the way,
mungkin dia nggak percaya, kalau aku masih menyimpan surat-surat dari dia. Itu
adalah surat-surat yang kami gunakan untuk berkomunikasi saat nggak saling
ngomong karena ngambek. Gue gitu loh, penyimpan kenangan yang baik.
Ngoahhaha.
Ini salah satu surat yang masih kusimpan |
Dia sempat nggambar ini, nih :-D |
***
Sekarang...
Kami sama-sama udah
menikah. Sama-sama punya anak satu. Sama-sama jadi ibu rumah tangga.
Kami pernah gendut pas
hamil. Sekarang? Sama-sama cungkring lagi.
Lalu, apa bedanya?
Dia, mantannya banyak.
Hahahhh...
Oh ya, lupa. Boleh
nyebut nama, kan, ya?
Aku Tika. Dia Ita :)
Kediri,
3 Maret 2017
NB:
Tulisan
ini dibuat dalam rangka mengikuti #KampusFiksi 3 Days Writing Challenge. # KF3Days
So Sweet....
ReplyDeletejangan2 nama anaknya afid dan hafid...wkwkw peace mba.
Haha, ora yo :-p
Delete