Home » » NAMA PACAR ADA DI KATA PENGANTAR SKRIPSI?

NAMA PACAR ADA DI KATA PENGANTAR SKRIPSI?


https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fb0/1.5/16/1f609.png
Tulisan ini diambil dari situs mojok.co dan akun FB Mbak Wulan Darmanto. Ada linknya kok di artikel itu, bisa diklik untuk membaca dari sumber aslinya. ;)
Bagus banget ini buat kamu, kamu, kamu, yang lagi semester akhir, yang lagi sibuk ngerjain skrip-sweet itu. Hehe. Dulu aku nggak mikir sejauh ini juga, sih. Karena merasa dia termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang berjasa aja. Lagian nih ya, dia lulus setahun sebelum aku. Dia udah nulis namaku duluan di skripsinya. ((MERASA BERHUTANG UNTUK NULIS JUGA wkwk)). Namanya orang lagi kasmaran ya kan, merasa yakin aja kalo si dia bakalan jadi jodoh. ((JODOHNYA SIAPA?))
Alhamdulillahnya, dia jodoh saya :)
Aku nggak bisa ngebayangin aja kalo yang terjadi nggak seperti ini. Dia nulis nama ‘orang lain’ (red: mantan), misalnya (sebelum kenal sama aku). Aku ini orangnya cemburuan banget  soalnya. Bisa-bisa kusobek-sobek pas bagian itu. Wkwk.
Heh, betewe aku tiba-tiba ingat aja sama seseistri yang ogah banget dipoligami. (Nggak begitu berkaitan sama tulisan ini, sih. Kan aku bilang cuma tiba-tiba ingat aja. Haaa). Dia nulis di kolom komentar waktu ada give away di akun facebook seorang penulis, Amalia Sinta. Pertanyaannya tuh, tentang fakta mengenai diri sendiri. Nah, salah satu fakta dari seseistri itu (aku lupa namanya, mon maap), kurang lebih begini,
“Aku tuh ogah banget dipoligami. Bukan karena aku cinta mati. Tapi rasanya kok aku ini ‘enggak banget’ ya, misalnya sampai dipoligami?”
Haha oke. Sekilas aja. Lucu aja menurutku pendapatnya. Tapi, iya juga nggak sih? :D

MOJOK.CO – Simalakama menulis nama pacar di skripsi: nggak ditulis pacar merasa tidak dicintai, ditulis bikin sesal di kemudian hari. Hadeeeh.
Nulis nama pacar di skripsi dengan kalimat cinta serimbun beringin, harapan setinggi langit, nggak tahunya putus, dan skripsi tersebut telanjur abadi menghuni rak buku kita, siapa yang pernah begini? Yang mau ngacung jangan sungkan-sungkan ya. Tenaaang… Anda tidak sendirian.
Yang aman dari kutukan menulis nama pacar (yang akhirnya terabadikan sebagai mantan) juga tenang… jangan jemawa. Kasihanilah saudara kita yang menyesal tiada ujung akibat nulis nama di skripsi dan ujung-ujungnya nama tersebut jadi nama yang paling dia benci.
Entahlah apakah hari ini mahasiswa masih mencantumkan nama pacar di skripsi atau tidak. Di angkatan saya dulu, nama pacar ini menjadi salah satu hal terkeren untuk dicantumkan pada prakata skripsi. Setelah Allah, dosen pembimbing, guru-guru, orangtua, teman, dan sahabat, nama khusus ini justru biasanya ditulis paling panjang dan berkesan.
“Untuk Kundang, yang telah sangat membimbing dan menghayati cinta kasih di antara kami hingga skripsi ini bisa selesai.”
“Untuk Cemplon, kaulah satu-satunya tumpuan saat aku kehabisan ide menulis skripsi. Terima kasih telah menemaniku menulis dari Isya hingga fajar tiba. Cintaku padamu abadi.”
Pokoknya, untuk orang spesial, bahasa yang ditulis juga spesial.
Jika akhirnya si orang spesial ini beneran jadi orang spesial untuk selamanya, atau pendek kata menikah dengan kita, ya baguslah. Membuka prakata skripsi ini bisa kita lakukan di sore hari yang gembira, dengan minum teh dari cangkir asmara sambil mengenang lagi zaman penulisan skripsi yang gegap gempita oleh cinta.
Eeer, tapi bagaimana kalau nggak lama setelah skripsi di-launching, jalinan asmara malah bubar?
Bila sudah demikian, jangankan mau buka prakata, liat skripsi terjajar cantik di rak buku aja males. Masih untung itu skripsi ngga dibakar. Dan tiap lihat sampul skripsi, batin kita langsung nyesel.
“Apeeeuuu banget deh dulu aku nulis beginian.”
Apalagi kalau kita akhirnya menikah (dengan orang lain, tentu saja) dan pasangan kita ini tipe yang lumayan sensitif dan cemburuan. Sebaiknya, skripsi itu segera dikarduskan, taruh di kolong tempat tidur, dan jangan dibangkitkan lagi demi ketenteraman rumah tangga.
Kalau pasangan kita tipe sanguin dan cuek, paling banter ya dicengin aja.
“Cieee… yang dulu kalau nulis skripsi ditemeniiin….”
Walau nggak menimbulkan perang,
Cuma rasanya kok tetap menyesal dan malu, kenapa juga dulu seheboh itu? Sekasmaran itu? Dan bagaimanapun cueknya, tetap saja kok, pasangan pasti akan bertanya dan berimajinasi: Dulu secinta apa? Hubungannya sejauh mana? Dan banyak pertanyaan lain yang semuanya bermuara dari satu nama yang terukir abadi itu.
Kata orang, yang namanya masa pacaran, rasanya memang dialah yang terbaik untuk kita. Selalu begitu. Tapi, coba ingat, selepas keluar dari gedung wisuda, apa saja bisa terjadi. Termasuk kemungkinan berganti haluan dan berpindah perasaan.
Jadi, mending cari aman. Tulislah nama yang memang benar-benar selamanya tidak akan putus hubungan dengan kita: keluarga. Kalau masih pengin nulis kalimat dedikasi buat doi menunjukkan rasa cinta dan terlihat keren, mungkin cara ini bisa ditiru. Tulislah kalimat puitis untuk dia yang selama ini mengganggu tidur dan sarapanmu, tapi jangan pernah sebutkan namanya di situ.
“Untuk belahan jiwaku, semoga skripsi ini kelak bisa kita baca berdua di suatu sore yang gembira….”
Dengan demikian, selamanya skripsi akan jadi pajangan indah di rak buku kita tanpa perlu jadi sumber petaka dalam rumah tangga.
Untuk kawan yang telanjur menulis nama #PacarTapiMantan di skripsi atau karya ilmiah, atau bahkan buku yang pernah ditulis, ini pesan saya: Yang sudah ya sudah. Mau menyesal kayak apa pun, itu nama udah kadung di-print. Mau di tip-ex juga tetep ada noda kan. Btw sekarang masih musim tip-x nggak sih?
Jika skripsi berukir nama mantan ini mengganggu kebahagiaan rumah tangga, sudahlah dikardusin saja. Toh, biasanya kita malas membuka ulang skripsi. Kecuali yang skripsinya dijadikan buku yang dijual bebas.
Nah untuk kawan yang saat ini sedang proses mengerjakan skripsi, gimana? Yakin nih mau nulis nama pacar di situ? Yang udah-udah sih pada nyesel lho. Hwehehehe.

Rupanya, gara-gara tulisan ‘Menulis Nama Pacar di Skripsi” beberapa waktu lalu, muncullah gerakan baru: mengecek skripsi pasangan.
Ini sebenarnya ga saya sarankan sih ya. Dan karenanya risiko harap ditanggung sendiri-sendiri hlo.
Ha wong beban saya juga udah berat. Sudahlah nama saya ngga ada di skripsinya, ada nama orang lain pula. Hahahahahaha (hallo halloooo…cek cek satuu duaa tigaa..tes..tes.. yang merasa namanya tertera di skripsi suami saya harap hubungi saya segera dalam 1x24 jam…)
Pedih nggak rasanya, begitu tau bahwa ternyata kita bukan cinta pertamanya?
Yang punya pengalaman seperti ini jawabnya dalam hati aja ya 😁
Pedih nggak pedih lah.
Pedihnya kalau kita teruus aja inget, ngungkit, ga bisa lepas dari bayang-bayang mantan pasangan kita.
Dia secantik apa, sama kita gemuk mana, dulu IPK nya berapa, tas-nya dari kulit asli apa kulit KW,semua hal kita banding-bandingkan dengan diri kita.
Mau dikata kita yang menang pun, rasa insecure akan hadir dalam hal lain:
Dulu pacarannya sejauh apa, udah jalan-jalan kemana aja, kalo makan berdua suap-suapan ngga. Kalo ngerjain skripsi di kost sampe pagi ngga.. dan seterusnya..dan seterusnya..
Kalau dikata pacarannya aman-aman saja, hadir lagi dong ketakutan lain:
Kira-kira dia masih mengenang mantan terindahnya ngga. Ngebandingin dengan kita ngga.
Padahal nih ya, ga ada itu istilah ‘MANTAN TERINDAH’
Bah! Kalo indah ya kenapa ngga dikawin. Yekan….
Kenapa dia jadi mantan. Ya karena tidak bisa dipersatukan. Titik.
Trus kenapa dulu doi dan mantannya ga bersatu?
Stop lah. Kayaknya ga usah kita terlalu kepo sejauh itu daripada sakit hati begitu tau cerita aslinya.
Percayalah, makin kita tau, makin pula kita sakit hati.
Nah, kenapa bisa dibilang ngga pedih?
Ya karena ini sebenarnya bukan hal prinsip dalam hubungan kasih sayang kok. Itu masa lalu. Sekali lagi M..A..S..A.. L..A..L..U. yang orangnya saja sebenarnya juga tidak suka mengenang masa lalu itu.
Ga percaya?
Coba deh tanyain ke pasangan. “Beb..dulu kenapa sih suka sama si bunga kanthil itu? Ceritain dong,.awal kenal gimana…”
Saya rasa sebagian pasangan pilih menjahit mulutnya. Mereka tidak akan nyaman untuk bercerita.
Seperti teman saya pernah bilang melalui obrolan WA kami yang melankolis,
"MANTAN = KESALAHAN".
Dan tidak pernah ada orang yang suka jika kesalahannya diungkit di depan mata.
Jadi gimana dong, apa yang harus dilakukan jika ternyata kita bukanlah cinta pertama pasangan?
Ya ngga gimana-gimana. 
Biarkan saja. Meski bukan yang pertama, tapi faktanya dia memilih kita.
Entah milih karena kepaksa apa gimana, tapi endingnya milih juga kan 😂
Lagian saya yakin kok, juaraaaang banget orang yang hanya punya satu cinta dalam hidupnya. Cinta pertama sama si anu, lalu tunggu punya tunggu…hingga akhirnya berhasil nikah pun sama si anu. Tanpa melirik ono, ini dan unu.
Kebanyakan yang terjadi di dunia bukan sinetron ini adalah, cinta pertamanya memang anu. Tapi di tengah pencarian sempat juga lah melipir ke si unu, atau sedikit berbunga-bunga kalau si ono ngasih perhatian.
Meski akhirnya pas nikah balik lagi ke si anu, tapi udah sempat juga kan merasakan perasaan suka pada yang lain?
Mus Mujiono pernah bilang dalam lagu-nya:
‘Engkau bukan yang pertama, tapi pasti yang terakhir’
‘Di dirimu, kutemui arti hidupku’
Meski ini sangat gombal, tapi ada benarnya. Orang yang dinikahi, pastilah orang yang kita inginkan kehadirannya dalam kehidupan kita, sampai kita mati.
Mantan, semanis apapun itu, hanya bisa dikenang.
Tapi pasangan, bukan untuk dikenang.
Ia hadir, untuk menenangkan kekacauan (hati)
Memenangkan pertarungan (hidup)
Dan menyiram perasaan (cinta)
Menjadi hati, hidup, dan cinta seseorang, jauh lebih menyenangkan kan daripada sekadar dikenang? 😉
Penulis buku 'Drama Cinta'

Sumber tulisan :
https://mojok.co/wulan-darmanto/esai/jangan-tulis-nama-pacar-di-pengantar-skripsi-jangan/

https://m.facebook.com/wulan.darmanto/posts/10211738058227121

0 comments :

Post a Comment

Visitor