Sawang-Sinawang : Jangan-Jangan Kita Kurang Bersyukur

Sumber gambar : https://www.bernas.id/52334-anda-suka-berandai-coba-renungi-pepatah-jawa-urip-iku-sawang-sinawang.html

Biyen, pingin dolan tapi gak nduwe duit. Saiki duit ono, tapi waktune sing ora ono. Urip iki pancen mung sawang-sinawang. (Rahmawati)

[Dulu (belum kerja), ingin piknik tapi nggak punya uang. Sekarang (sudah kerja) uangnya ada, tapi waktunya (masuk kerja terus bahkan nggak jarang overtime) yang nggak ada. Hidup ini memang hanya sawang-sinawang]

Aku pingin *ngakak ngenes* waktu baca personal message BBM kawan kerjaku ini. Mau menolak (berkata salah) tapi benar juga dia. Haha, sial.

Rumput tetangga lebih hijau? Ya karena kita cuma memandang dari jauh, nggak mengalaminya sendiri. Atau karena kita lupa menghijaukan rumput sendiri, hoho.

Nggak usah bahas tetangga, wis. Ndak malah ngrasani. Wkwk.

Dulu waktu masih muda (sekarang juga belum tua sih), pinginnya segera menikah. Ngebayangin,”Enak ya, kalau udah menikah. Ada yang bisa diajak sharing, apa-apa bisa berdua, nggak sendirian lagi. Everything is halal :-D”

Sumber gambar : http://safierafa.tumblr.com/page/2

Pas udah menikah, terus punya anak yang ngekor mulu, nggak punya me time, rindu masa muda.

Dulu waktu kerja, senang karena berpenghasilan, tapi mengingat betapa lelahnya ~~Hayati, Bang!~~ kelak ingin jadi ibu rumah tangga aja. Ketika beneran udah jadi fulltime mother, kerjaan malah sak-ndhiambreg, pakai daster, ngerasa kuper, kangen masa-masa jadi wanita karier yang selalu bahagia setiap tanggal 25.

Awal-awal menikah, ingin segera hamil. Setelah punya 1, 2, 3 anak, kangen masa-masa honeymoon.

Waktu kecil, ingin segera dewasa. Waktu udah dewasa, sukanya bernostalgia. Ingin kembali ke dunia bocah dan bisa bermanis-manis-manja pada ayah dan bunda (dan handai tolanku~uwuwuwuuuu).

Owalah, pancen kita ini kurang bersyukur, kok.

((KITA))??