Dad is son’s/daughter's first hero (pepatah)
Bener? Banget.
Yuk coba amati bapak
kita masing-masing. Masih gagah? Atau sudah mulai keriput dengan rambut yang
mulai memutih?
Selagi bapak masih
sehat, ayo ajak bapak piknik. Mungkin kita akan mendengar jawabannya yang
begini:
“Wis, adek sama ibukmu
aja yang dolan. Bapak di rumah.”
Apa sih, yang
sebenarnya dipikirkan oleh bapak saat menjawab dengan kalimat seperti itu?
Aku kerja saja biar
dapat uang, biar anak dan istri yang bersenang-senang.
Biar aku saja yang menjaga
rumah. Kalau pergi semuanya, nanti di rumah tidak ada orang.
Bapakku pun juga begitu
saat kemarin aku ngajak beliau ke Jogja. Ibu dan adekku semangat, sementara
bapakku ya gitu, yang dipikirin kerja mulu.
Akhirnya sih alhamdulillah
bapakku mau dibujuk. Jadilah kami berangkat ber-enam. Aku, suamiku, anakku,
adekku, ibuku, dan bapak. Ya, meskipun kami berangkatnya berbeda. Aku, suamiku,
dan anakku naik kereta Kediri-Jogja hari Jumat. Ibu, bapak, dan adek naik bus
Ngawi-Jogja hari Sabtu.
Kami menginap di rumah
saudara di daerah Trihanggo, Sleman. Hari Minggu, kami bermain ke pantai
Parangtritis. Haha, rasanya kurang afdhol aja kalau ke Jogja kok belum mampir
ke sana. Tapi memang sih, ibuku yang minta ke pantai.
You know what? Ketika kami tiba di pantai, awalnya bapakku biasa
aja. Udah setengah jalan setelah turun dari mobil (pinjam punya mertuanya
saudara), malah balik lagi bingung nyari topinya.
“Panas,” kata beliau.
Ya iya, kami sampai di pantai jam 2an siang. Wkwk.
Sebentar kemudian, bapak
sudah asyik mandi di pantai.
Ini yang aku bikin aku
kaget. Bapak yang tadinya terkesan ‘ogah-ogahan’ ketika diajak piknik, ternyata
justru yang paling antusias ketika di pantai. Beliau mandi sepuasnya, kelihatan
aura seneeeng banget-banget-banget. Rasa-rasanya belum pernah aku melihat
ekspresi bapak yang seperti ini selama ini.
Setelah kejadian ini,
aku baru tahu bahwa seumur hidup sebelumnya, bapak belum pernah mandi di pantai
:-))
Jadi, Kak, kalau bapak
kita ‘menolak’ saat kita ajak piknik, sebenarnya beliau ini aslinya juga pingin,
tapi beliau mengalahkan keinginan itu dengan kebutuhan utama keluarganya:
nafkah.
Yuk, Kak, mumpung bapak
masih sehat. Mari piknik :-)
Uangnya gimana?
Aku kemarin sebenarnya
juga cuma mbayari tiket kereta waktu pulang aja. Selebihnya bapak sendiri yang
membayar biaya dolan ini untuk ibu dan adek. Kebetulan aku habis dapat bayaran dari
sebuah kerjasama dengan seorang teman. Uangnya nggak banyak, bahkan kurang
sedikit untuk beli 3 tiket itu. (E, ndilalah alhamdulillah-nya kok yo pas ada promo cashback dari aplikasi tokop*dia). Ibu dan bapakku awalnya menolak waktu mau
kubayar.
Aku cuma bilang, “Nggak
pa-pa, Buk. Doakan aja semoga rezekiku lancar.”
Ibuku pun manut akhirnya.
“Ya pasti kalau do’a.” Alhamdulillah...
Ya, kalau masalah
biaya, setiap pribadi/keluarga pasti punya manajemen keuangan masing-masing.
Aku nggak punya advise apapun sih untuk hal ini. Tapi aku yakin aja, bisa
jadi kan, ketika kita membahagiakan orang tua, rezeki kita turut lancar
bersamanya. :’)
Moga Bapak selalu sehat, ya. Kapan-kapan kita main lagi, yuk! :)
Moga Bapak selalu sehat, ya. Kapan-kapan kita main lagi, yuk! :)
Bapak dan Afid (anakku) |
0 comments :
Post a Comment