Maunya WWL, Tapi Akhirnya...
Teori tanpa praktek, lumpuh.
Praktek tanpa teori, buta.
Teori dipraktekkan, nyatanya nggak bisa
sesuai juga, :-D
Aku bukan ahli laktasi
sama sekali, ya. Cuma pengalaman sebagai seorang ibu. Sharing aja. Ini tentang
ceritaku saat menyapih Afid. Udah tahu tentang teknik Weaning With Love (WWL)
saat Afid 17 bulan, kalo nggak salah. Maunya ya pake teknik itu, secara teori,
logis memang. Realitanya? Silakan dibaca :-D
|
Teknik Weaning With Love (WWL)
Sumber: ibupedia |
1.
Perpendek
waktu menyusui
Ini
udah diusahakan. Mulanya sempat berhasil. Namun entah kenapa, sebulan menjelang
mau disapih, Afid tuh nempel mulu. Dikit-dikit minta mimik gitu kalo lagi sama
aku. Mungkin kerasa kali, ya...
2.
Don’t
offer, but don’t refused
Ini
juga udah. Tapi kadang lupa sih, waktu Afid rewel gitu, langsung tempelin aja
ke PD. Refleks, Mak. wkwk
3.
Berikan
sugesti positif berulang-ulang
Udah,
bahkan sejak Afid usia 19 atau 20 bulan itu. Ini aku juga termotivasi sama
seorang kawan FB yang ngasih sugesti ke anaknya sejak usia segitu. Walhasil di
usia 24 bulan, anaknya mau ngerti katanya. Alhamdulillah, donk.
Di
aku? Realitanya begini:
“Afid
nek mpun gedhe, mpun 2 tahun, mboten mimik ibuk nggeh?! Mimik’e banyu towo...”
Tapi
anaknya cuek aja tuh. Wkwk. Apa air putih itu kurang menarik? Jadi mikir.
4.
Alihkan
perhatian saat mau menyusu
Ini
rada susah. Dia itu fokus banget kalo lagi mau minta mimik ibuknya, hmm...
5.
Siapkan
Tim Sukses
Mereka
(orang-orang dekat) sih maunya mendukung. Menyarankan ini itu biar aku berhasil
dalam misi ini. Nyatanya kepala aing malah makin pusing gara-gara
kebanyakan suara :’)
“Kalo
nyapih jangan sampai 2 tahun lebih. Nanti susah, lho. Kayak si A.”
“Disapih
di sana aja, lho. Nggak rewel kok nanti anaknya.”
(Oh
ya, di sini, adatnya, ehm, maksudku kebanyakan, kalo menyapih anaknya, dibawa
ke dukun pijat bayi gitu).
“Mbah
Ngawi diminta ke sini aja. Kalo rewel biar nggak ingat mimik ibuknya.”
Ceritanya
saat itu, menjelang Afid 2 tahun, adalah bersamaan menjelang kepulangan mertua
dari Tanah Suci.
“Nanti
kalo ada yang komentar, kok menyapihnya mbareng-mbareng saat repot,
gimana, Yank?” tanyaku pada suami.
“Wes,
gini aja, Sampean manut kata orang apa kata hati sendiri?”
“Kata
hati...” jawabku lemah. Drama banget siii... Hiks.
6.
Jangan
bohongi anak
Ini
jurus terakhir, i’m sorry, boy! Sebenarnya tiada maksud membohongi.
Pinginnya sih sama-sama ngerti, sama-sama rela. Nah dengan segala teori dari
teknik WWL yang ternyata nggak mempan di anakku, nggggg.... Apa lagi donk?
Kira-kira
seminggu sebelum kedua mertua datang dari Tanah Suci, kebetulan aku membaca
status temanku di wall FB. Dia cerita tentang rencana menyapih juga.
Nah, aku fokus pada salah satu komentar teman dia.
“Pakai
minyak kayu putih aja...”
Bagiku,
ini yang paling masuk akal daripada pakai lipstik, getah bunga kamboja, atau buah
mahoni yang diolesin ke puting PD. Untuk rasa pahit menurutku masih kasihan bagi
si kecil. Apalagi yang putingnya diplester, gatal nggak sih? Hihi. Setidaknya,
minyak kayu putih ini lebih aman lah.
Bismillah
ya, aku coba sekali dulu. Dialog dulu biasanya kalo Afid minta mimik tuh.
“Miuwe...”
(Maksudnya mimik ibuk e. Haha, ini bahasa dia yang akan membuat aku kangen di
kemudian hari)
“Sing
apik?!”
“Buk...,
mimik.”
“Sing
mimik sinten?”
“Apit.”
“Mimik
nopo?”
“Mik
ibuk e.”
Oke,
jalankan misi.
“Mimik
e ibuk gak enak, purun?”
“Purun.”
Mulai
mimik.
Beberapa
detik biasa aja. Wah, gagal nih, pikirku. Beberapa saat kemudian dia
lepaskan putingku.
“Nopo?
Gak enak to?”
“Pedes...”
Alhamdulillah,
kerasa bedanya. Aku bahkan awalnya nggak kepikiran kalo minyak kayu putih itu
pedas. Pokoknya, pasti rasanya aneh aja gitu. Begitu Afid bilang pedas, barulah
aku nyadar. Eh iya, ini anak kan belum bisa makan pedas. Alhamdulillah,
status teman di FB jadi lantaran hidayah. Hehe.
“Mimik
banyu towo, nggeh?”
Dia
manut.
***
Itu
baru awalnya ya. Malam itu dan malam kedua, masih aku susuin satu kali, waktu
dia bangun karena haus. Biar sama-sama nggak shock. Yang pertama,
anakku. Ini meskipun dia dalam keadaan setengah sadar, dengan harapan dia nggak
begitu ingat waktu bangunnya kalo semalam aku susuin. Yang kedua, PD-ku.
Kebayang donk, gimana kemengnya kalo biasanya air susu penuh terus ujug-ujug
nggak difungsikan lagi.
Ini
aku lakukan biar bertahap, ya meskipun agak ekstrim juga. Dari
yang sebelumnya masih berkali-kali, terus dua kali, langsung satu kali. Terus enggak
sama sekali pas di ulang tahunnya yang ke 2. Minta maaf ya, Nak...
Ada
beberapa saran yang masuk agar PD nggak sakit setelah nggak disusuin ke anak.
Ada yang bilang pake pucuk daun pisang, daun ketela rambat, dan lain-lain, dan
lain-lain lagi. Bukannya aku nggak menerima saran mereka, tapi aku memang
kurang telaten. Hehe.
Yang
lebih masuk di logikaku sih, berhubung prinsip produksi ASI itu adalah supply
and demand, jadi waktu nggak dimimik lagi, ya otomatis bakalan makin
berkurang produksinya. Alhamdulillah kemengnya nggak lama, dan masih
termasuk biasa aja. Nggak yang sampai bikin badan nggregesi.
Awalnya,
kukira Afid bakalan rewel dan susah tidur, terutama waktu malam. Jangan-jangan
Afid bakalan minta digendong mulu, pikirku. Alhamdulillah, nggak
sesulit yang aku bayangkan. Rewel iya, sebentar. Nglilir dua atau tiga
kali dalam semalam selama seminggu. Setelahnya, udah terbiasa. Dia kalo keinget
mimik ibuknya gitu ya otomatis dia bilang sendiri, “Mik ibuk e pedes...” Seperti
setengah bertanya dan seolah-olah mengingatkan dirinya sendiri. Duhhh...., kan
aku yang kayak nelangsa gitu. :’)
Minta
gendong? Nggak begitu. Kalo aku tawarin, dia justru langsung minta bobo di
bantal. Akunya enak donk, bisa bobo sekalian, hehe.
Ya
Allah, terima kasih. Engkau telah menganugerahkan ASI yang cukup untuk anakku,
dan setelahnya Engkau berikan kelancaran dalam proses menyapih ini.
Alhamdulillah, alhamdulillah... ❤❤
|
Afid udah 2 tahun, udah lepas ASI ya, Nak |
***Oh,
ya. Saat ini (dua minggu pasca disapih), anakku sedang sakit panas, batuk,
pilek. Kadang jadi refleks ingat mimik ibuk lagi. Tapi alhamdulillah
masih bisa dikondisikan. Tentang menyapihkan ke dukun pijat bayi, saat ini
belum aku lakukan.***