Kita di sini, –di dunia ini, karena ibu.
Sebab Allah berkehendak, tentunya. Aku pun sekarang menjadi seorang ibu, luar
biasa repotnya. Namun, di setiap kelelahan yang menghampiri, ibu selalu jadi
penawar segala rasa itu.
***
Di awal-awal masa pernikahan, aku seringkali
merasa depresi. Merasa pengangguran, tak berguna. Sebab apa? Aku yang
sebelumnya adalah wanita karier yang aktif, kemudian harus berdiam diri di
rumah (rumah mertua, tepatnya). Ingin bekerja lagi, kata suami jangan dulu. Aku
harus menjaga kandunganku. Jangan sampai kecapaian. Jaga kesehatan dan calon
bayi kami, katanya. Butuh apa tinggal minta. Betapa pengertian kan, suamiku itu?
Hanya, dia terkadang tidak peka bahwa aku merasa bosan.
Jangan dikira setelah menyandang status sebagai
ibu, aku kemudian tidak merasa jenuh. Aku memang tak merasa pengangguran
sekarang. Bahkan menjadi ibu adalah pekerjaan yang tak pernah selesai. Apalagi
jika bayimu adalah tipe bayi yang selalu ingin digendong; rasanya sehari sama
dengan 24 jam pun tak cukup. Dua tanganmu yang sebelumnya dirasa santai dan
fokus untuk satu hal, kemudian dengan ajaibnya akan bisa bekerja secara multitasking.
Menyapu sambil menggendong, memasak sambil menggendong, sambil menyusui juga
terkadang.
Sekarang bayiku hampir 16 bulan, alhamdulillah,
dia sehat dan ceria. Kami tinggal di Kediri, sementara nenek dan kakeknya bayi
(ibu dan bapakku) berada di perbatasan Jatim-Jateng. Kira-kira satu atau dua
bulan sekali, kami berkunjung ke sana. Anehnya, bapakku selalu bilang kalau
bayiku ini kecil (kurang gemuk) setiap hari pertama mudik. Setelah dua atau
tiga hari di sana, bapak bilang badannya lebih berisi. Karena neneknya bayi
yang menyuapi. Oh, ya? :-D
Aku, antara meng-iya-kan dan tidak. Prinsipku karena
seorang bayi itu tahu kapan dia lapar dan kenyang. Kalau dia sudah tidak mau,
ya berarti memang sudah kenyang. Menurutku, aku juga sudah sabar dan telaten
kok, saat menyuapi anakku.
Tapi sesuatu yang terjadi kira-kira dua minggu
yang lalu...
Aku mudik tanggal 26 Desember 2017 bersama
suami dan anakku. Anakku yang biasanya sehat-sehat saja ini, tiba-tiba mabuk
perjalanan. Dia muntah-muntah dan keesokan harinya diare! Dia pun tak mau
makan...
Aku beli soto ayam dari pasar, berharap nafsu
makan anakku lebih tergugah (biasanya dia suka soto). Ternyata, satu sendok
saja sudah tak mau lagi.
“Sini, sama Buk Tik,” kata ibuku. Ya..., FYI,
karena beliau masih terbilang muda untuk menjadi seorang nenek, beliau maunya
dipanggil Buk Tik oleh cucunya, haha.
Ibuku menggendong anakku. Mangkok yang kupegang
berpindah tangan. Wow, ajaibnya anakku mau makan!
“Lho, kok mau kalau sama ibu?”
“Kamu kurang telaten...” tanggap ibuku.
Nggg..., perasaan juga sudah. Ya, baiklah.
Harus banyak belajar dari ibu.
***
Kenapa di awal kusebutkan bahwa ibu adalah
penawar segala rasa lelah? Marilah kita sejenak tengok (atau ingat-ingat)
kembali kesibukan masing-masing ibu kita. Bahkan bisa jadi segala kesibukannya
lebih berlipat ganda dari kita.
Ibuku pun begitu.
Sebenarnya ibuku ‘hanya’ ibu rumah tangga yang nyambi
berdagang kecil-kecilan di rumah. Rutinitas sebagai pedagang ini sih barangkali
hanya secuil dari kesibukannya. Di manakah kesibukan yang sebagian besar? Itu ada
pada semua urusan domestik yang ibu kerjakan tanpa bantuan bapak sama sekali. Setahuku,
selama ini bapak hanya mengerjakan ‘pekerjaan laki-laki’, ya semacam mbenerin
genteng bocor, mbenerin saluran air, membuat kursi-meja dan sejenisnya. Remember,
yang aku bahas ini kalau di rumah lho, ya. Pekerjaan di luar rumah, lain lagi.
What is difference between my mom and me? Ibuku
itu orangnya tulus, walaupun tidak pernah dibantu bapak dalam perkara domestik.
Sementara aku, harusnya lebih bersyukur karena suami kadang masih mau membantu
menyapu atau mencuci. Kadang aku masih suka ngomel-ngomel kalau urusan rumah
tangga yang begini tidak selesai. :’)
Maafkan aku, ya, Suamiku.
Terima kasih, Ibu. Terima kasih tiada tara.
Semoga Ibu selalu sehat dan bahagia, senantiasa dalam lindungan Allah. Aamiin...
Foto bapak tetap kusertakan. Sebab ibu sangat mencintai bapak :) |
keren mbak tika, semangat jadi ibu
ReplyDelete