Berapa hari yang lalu, badanku drop.
Lemes, pusing, semlumut, nggregesi gitu lah. Awalnya mungkin
karena kurang tidur saat kondisi juga lagi kurang fit. (Celakanya) itu
terjadi waktu di rumah lagi ada hajatan.
Pada suatu malam, dengan kondisiku yang
lagi amburadhul kayak gitu, anakku nggak mau diajak kompromi. Dia maunya
nenen terus tapi nggak mau bobok. Dari jam 8 sampai hampir jam 10 malam.
Ya Gusti... Rasanya remek semua badan saya.
(Celakanya lagi), sepertinya kondisi
suami juga kecapean. Kalau malam sebelumnya dia bisa momong Afid secara penuh,
tidak dengan malam itu. Kami berdua sama-sama terkulai. Sementara Afid kami ini
nggak tidur-tidur juga, huhuhu.
Aku bahkan sempat membentak Afid, “Ya udah main-main aja dulu! Kalo nggak mau bobok nggak usah mimik!” Begitu berulang kali. Ya apalah, jelas saja Afid cuma bisa nangis. Boro-boro mau main-main, yang diajak main aja terkapar semua! Hmm...
Suami yang bela-belain menghibur Afid
walau matanya udah lengket banget tuh. Tapi cuma bentar. Pas Afid nangis lagi,
dia udah tepar lagi. Aku rada masa bodo, ngerasain badan aja udah nggak karuan.
Sempat kubiarkan Afid nangis sendirian. Astaghfirullah...
Esoknya
aku minta maaf sama Afid, sama suami juga. Nyeseeel..., banget. Padahal ya,
beberapa hari sebelumnya, aku baca sebuah postingan di FB yang nyentuh banget
soal parenting. (Aku lupa ya itu postingan siapa. InsyaAllah kapan lagi kalau ketemu linknya kucantumin di sini). Saat aku ngebentak Afid, aku ingat kisah itu sebenarnya.
Tapi ngerem emosi susahnya, ya Allah...
“Minta maaf ya...” kucium pipi Afid, kucium tangan suami.
“Kasian Afid, dia nggak tau apa-apa. Jangan
dibentak kayak gitu,” kata suami.
Keras kepalaku njedhul.
Bersungut-sungut lah.
Ya aku tahu! I know better than you! Aku ini ibunya! Tanpa Sampean kasih tahu pun, aku tahu aku salah. Harusnya Sampean ini bisa lebih peka. Kalo aku lagi keadaan nggak waras kayak gitu, segera ambil alih lah Afid!
Batinku berisik banget. Tapi aku diam.
Hari-hari berikutnya, aku belum sepenuhnya
pulih. Bukan badanku, tapi emosiku. Aku gampang banget tersulut hanya gara-gara
perkara kecil. Rasanya seperti baby blues. Astaga, anak udah 18 bulan
masih aja kena baby blues. Oleng, kapten! (“-_-“)
Aku benar-benar ingin mudik saat itu.
Barangkali di tempat kelahiranku ini, aku bisa stabil lagi. Tapi adaaa aja
kerjaan suami yang nggak bisa ditinggal. Hmm...
Alhamdulillahnya, ada saudaraku yang datang
berkunjung. Dia hanya mampir kira-kira 3 jam, bersama temannya. Banyak yang
kami bicarakan. Alhamdulillah, aku membaik lagi. Aku waras lagi!
Oke, jadi sebenarnya aku itu butuh teman
bicara. Ibu rumah tangga itu rentan emosian lho, Bang! Kenapa? Karena kebutuhan
bersosialita bersosialisasinya kadang kurang.
***
Buat Afidku Sayang, Ibuk minta maaf
ya...
Seharusnya ibuk banyak-banyak berterima
kasih padamu, Nak. Rasanya bukan Ibuk yang membahagiakan kamu, tapi kamulah
yang selama ini selalu ngasih kebahagiaan yang bertubi-tubi pada Ibuk.
Seharusnya Ibuk sering-sering minta maaf
sama kamu, Le. Sebab Ibuk belum bisa jadi orangtua yang baik untukmu. But
i effort it. InsyaAllah ya, Sayang. :-*
Afid saat di Simpang Lima Gumul |
Ibuk dan Afid |
0 comments :
Post a Comment